Selasa, 11 Agustus 2015

Pemudik Roda Dua Wajib Perhatikan Instruksi Ini

Jakarta, KompasOtomotif – Selain membuka jalur khusus hindari kemacetan, Korlantas Polri bekerjasama dengan berbagai pihak menyiapkan skenario lain untuk pemudik yang menggunakan sepeda motor. Tujuh titik pemberhentian (check point) disiapkan dan diinstruksikan semua pemudik roda doa berhenti di titik ini.

”Kenapa wajib berhenti? Kami buat dalam rangka mengurangi angka kecelekaan. Titik-titik ini sesuai dengan kajian titik lelah pemudik yang menggunakan sepeda motor,” kata Kabag Ops Korlantas Polri Kombes Pol Istiono, Selasa (8/7/2015).

Titik-titik pemberhentian itu terdiri dari lima titik di arus mudik dan dua titik di arus balik. Lima titik tersebut dimulai dari Kantor KPU Bekasi Timur, salah satu kantor Kecamatan di Subang, Taman Salera Losarang Indramayu, Hotel 68 Brebes Timur, dan Masjid Zainuddin Tegal.

Sedangkan dua titik yang disiapkan untuk pemberhentian pemudik roda dua saat arus balik adalah Asrama Brimob Detasemen C Cirebon dan Balai Pemulihan Ikan dan Kantor Diklat Subang.

”Sifatnya wajib masuk, tapi yang rumahnya sudah dekat ya bisa ditoleransi. Akan ada sarana lengkap, masjid, bengkel, bensin eceran, dokter, psikolog, sampai kursi pijat,” kata Istiono.

Di area peristirahatan ini juga disediakan makanan takjil dari warga sekitar. Kendati dikhususkan untuk sepeda motor, jika terjadi urgensi, mobil pun juga diperbolehkan berhenti untuk beristirahat.

Sumber : http://otomotif.kompas.com/read/2015/07/08/135800715/Pemudik.Roda.Dua.Wajib.Perhatikan.Instruksi.Ini
Read More

Berkendara Mudik Berbeda dengan "Touring"

Jakarta, Otomania - Touring dengan sepeda motor, tidak bisa disamakan dengan berkendara dengan roda dua untuk keperluan mudik, meski keduanya sama-sama menempuh jarak yang cukup jauh.

Rifat Sungkar, pebalap nasional dan juga duta keselamatan berkendara Indonesia dari UNESCO mengatakan, perbedaannya terletak pada manajemen waktu. Untuk touring, waktu sangat diatur dengan sangat baik, sehingga tubuh tidak terlalu lama berada di atas kendaraan.

"Bisa dibedakan, dengan jarak yang sama misalnya dari Jakarta menuju Yogyakarta, bagi yang touring, bisa saja hal tersebut dilakukan selama lima hari. Tapi bagi pemudik, jarak itu harus ditempuh hanya dengan satu hari, atau bahkan hanya semalaman," ujar Rifat, Selasa (30/1/2016).

Rifat menambahkan, Hal tersebut jelas akan sangat merugikan pengendara, bahkan bisa menyebabkan kecelakaan. Karena tubuh yang lemah akan menghilangkan konsentrasi berkendara, sedangkan berkendara sendiri sangat membutuhkan konsentrasi yang tinggi.

Sepakat dengan Rifat, Ahmad Yunus pengarang buku touring "Meraba Indonesia" mengatakan, selain perbedaan dari manajemen waktu, dari segi kapasitas barang yang dibawa juga jadi hal yang membuat dua aktivitas ini berbeda.

"Jika touring, kita buat sepeda motor kita seaman mungkin, dan barang yang dibawa juga diletakkan pada tempat yang sudah semestinya, seperti pada box motor. Biasanya juga tanpa berboncengan, namun untuk pemudik, barang dibungkus seadanya dan diletakkan pada tempat yang tidak semestinya, apalagi ditambah dengan membawa penumpang lebih dari satu, ini sungguh membahayakan nyawa," ujar Ahmad.

Ahmad Yunus menyarankan bahwa lebih baik menggunakan angkutan umum ketika akan pulang ke kampung halaman. Apalagi jika jaraknya jauh, daripada harus membahayakan diri dan keluarga.

Sumber : http://otomotif.kompas.com/read/2015/07/02/083629815/Berkendara.Mudik.Berbeda.dengan.Touring.
Read More

Posisi Mengemudi Nyaman Belum Tentu Aman

Jakarta, KompasOtomotif – Posisi duduk saat mengemudi bukan hanya soal nyaman tapi juga keamanan. Kadang nyaman jadi acuan utama, tapi bisa jadi mengurangi kemampuan mengemudi. Nah, Rifat Sungkar, pebalap nasional sekaligus pendiri sekolah mengemudi Rifat Drive Labs, membeberkan berbagai logika posisi tubuh yang baik saat mengemudi.

Posisi duduk
Paling inti adalah posisi duduk. Hal yang perlu diperhatikan, kaki kita bisa menekan pedal rem atau kopling sampai posisi paling bawah. Kalau belum sampai, jok bisa dimajukan. Rifat memberikan satu tips mengatur sandaran jok, posisinya wajib menempel rata di punggung dari bagian bawah sampai pundak.

Sudut kemiringan sandaran jok disesuaikan sambil salah satu tangan berada di angka “jam 12” kemudi. Rifat bilang inilah jarak terjauh tangan bisa menjangkau kemudi. Setelah itu bila tersedia pengaturan, seting ketinggian jok untuk mendapatkan visibilitas maksimum saat berkendara.

Saran lain dari Rifat, atur ketinggian head restrain sesuai postur, kenakan sabuk pengaman dengan benar, dan atur semua posisi kaca spion. Semua hal itu dilakukan sebelum mulai mengemudi, termasuk menyalakan sistem audio.

Posisi tangan
Menurut Rifat cara paling mudah menjelaskan posisi tangan di kemudi menggunakan simbol jam. Saat berkendara sebaiknya posisi tangan berada pada jam 9-3 atau 10-2. Dijelaskan, posisi 9-3 lebih baik karena tuas-tuas kontrol berada dalam jangkauan.

Hal-hal yang tidak dianjurkan saat mengemudi, menggunakan hanya satu tangan, tangan di dalam lingkar kemudi (masuk dalam jangkauan letup airbag), kedua tangan bertumpu di satu titik dalam kemudi, menggunakan aksesori bantuan memutar kemudi, dan posisi jempol mengunci di palang stir.

Posisi kaki  
Setelah jangkauan kaki diatur lewat posisi duduk, Rifat mengatakan posisi kaki kiri saat tidak digunakan ketika mengemudi harus dibiasakan menginjak sandaran kaki di sebelah kiri pedal kopling. Hal itu berlaku untuk mobil manual, sementara buat matik Rifat menyarankan 100 persen kaki kiri berada di sandaran kaki, jadi hanya kaki kanan yang digunakan untuk menekan pedal gas dan rem.

Ketika mengerem, posisi kaki kanan yang baik yaitu tegak lurus dengan pedal rem dan sedikit miring ke kanan untuk antisipasi menginjak pedal gas. Posisi tumit menempel di lantai mobil dan dalam keadaan stabil.

Sumber : http://otomotif.kompas.com/read/2015/06/30/073000615/Posisi.Mengemudi.Nyaman.Belum.Tentu.Aman
Read More